Friday 24 April 2015

Filsafat Yunani

FILSAFAT YUNANI
OLEH :
AMARULLAH
140207107
UIN AR-RANIRY BANDA ACEH



PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kata filsafat berasal dari kata yunani, filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati. Filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama. Allah atau dewa yang menciptakan dunia dan manusia tidak bisa dibuktikan dengan akal tetapi hanya dapat dipercayai dengan adanya wahyu. Perumpamaan bahwa menurut mite dunia dan manusia adalah hasil persetubuhan dewa langit dengan dewi bumi, hal ini hanya dapat dipercayai namun akal tidak dapat membuktikannya. Filsafat mengkaji bahwa  orang berusaha dengan akalnya untuk menemukan suatu pandangan dunia dan hidup, disini wahyu tidak berlaku hanya akallah yang bekerja (Hadiwijoyo. 1980: 7-15). Menurut Rapar (1996: 22) “Filsafat adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, berfilsafat berarti membaharu kebenaran tentang segala sesuatu”. Filsafat menelaah hal-hal yang menjadi objek dari sudut intinya yang mutlak, terdalam tetap tidak berubah atau permenungan sedalam-dalamnya tentang sebab “ada” dan “pembuat” kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada “mengapa” penghabisan. Filsafat menjawab pertanyaan yang terfikir, tidak dangkal dan dogmatis, melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan pengertian sehari (Kencana. 1995: 1-3). Menurut Jono dan Cecep Sumarna (2006:18) “Manusia hanya mungkin sampai pada tingkat mendekati kebijaksanaan. Manusia hanya mungkin menjadi subjek untuk mencari kebijaksanaan, pencari kebenaran dan pencari pengetahuan sejati”.

B.     Masalah
1.      Bagaimana asal usul filsafat Yunani?
2.      Siapa saja filsuf-filsuf Yunani?
3.      Bagaimana ajaran filsafat Plato?

C.     Tujuan
1.      Mendeskripsikan dan menganalisa filsafat Yunani
2.      Menambah khazanah intelektual



PEMBAHASAN

A.    Teori
1.      Filsafat Sebagai Ciptaan Yunani
      Tanah Yunani adalah tempat persemaian dimana pemikir ilmiah mulai tumbuh.  Brouwer dan Heryadi (1986: 2) mendefinisikan sejarah kebudayaan Yunani bahwa,
Orang-orang Yunani pada abad VI SM masih mempercayai dongeng-dongeng atau mitos. Segala sesuatu harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu (logos) tidak dapat berbicara, segala sesuatunya harus diyakini dengan iman. Hal ini merupakan awal kebangkitan pemikir filsafat Yunani, diaman orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logis dan meninggalkan mitos.  
              
2.      Sejarah Filsafat Yunani
Bertens (1975:23 ) mengemukakan pendapat mengenai sejarah filsafat Yunani, Bertens mengatakan,
Pemikiran Yunani sebenarnya tidak asing bagi kita. Sekitar abad VI SM mulai muncul para pemikir yang tidak puas dengan segala dongeng-dongeng yang berkembang. Mereka menghendaki jawaban yang dapat diterima oleh akal dan meninggalkan mitos”

Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal adari Miletos.
Menurut Hadiwijoyo (1980: 15) mengemukakan mengemukakan bahwa,
Para filsuf yang pertma hidup di Miletos kira-kira abad ke-6 SM. Bagaimana persis ajarannya sulit ditetapkan sebab sebelum Plato tidak ada hasil karya para filsuf itu yang telah seutuhmy dibukukan. Pemikiran mereka mencakup segala sesuatu yang dapat dipikrkan akal. Kajian berfikirnya adalah alam, buakan manusia. Alam ( fusis) adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Orang yang pertama melakukan penyelidikan ini adalah Thales yang beranggapan asal mula segala sesuatu adalah air.

3.      Filsafat Pro-Sokratik
Menurut Tjahjadi (2004: 18) filsafat Pro-Sokratik adalah,
Mencakup filsafat alam dari pemikir asal Miletos, Parmenides, Herakleotos beberapa filsafat alam muda lainnya, dan para atomis.kaum sofis abad ke-5 SM sebenarnya juga termasuk dalam golongan para filsuf zaman pro-sokratik tetapi berbeda dengan mereka, minat kaum sofis bukan terletak pada refleksi atas alam, melainkan atas manusia dan masyarakat.

Filsuf-filsuf  pertama dari Miletos, antara lain:
a.       Thales
Thales tidak menuliskan pikiran-piirannya atau sekurang-kurangnya tentang itu tidak ada kesaksian apapun.
b.      Anaximandros
Anaximandros mencari prinsip terakhir yang dapat memberikan pengertian mengenai kejadian-kejadian dalam alam semesta.
c.       Anaximenes
Menurut Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara.
Ajaran-ajaran filsuf lonia yang pertama boleh disebut “filsafat alam” karena perhatian para filsuf ini kepada alam.
Bertens (1999: 66) berpendapat bahwa
Sejak Thales filsuf-filsuf pertama semua menganut pendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu, karena terjadi dari satu unsurnya saja. Parmenides adalah filsuf yang telah menguraikan ajaran ini dengan cara yang paling eksterm, sampai-sampai pluralitas dan perubahan yang disaksikan dengan panca indra ditolak atas dasar rasio. 
4.      Kaum Sofis dan Sokrates
Menurut Bertens (1975: 66) “Aliran yang disebut Sofistik tidak merupakan suatu, yang dapat dibandingkan dengan  mazhab Elea umpamanya. Bertentangan dengan suatu mazhab, para sofi tidak mempunyai ajaran bersama”.
            Sokrates dengan sekuat tenaga menentang ajaran filsafat. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai objektif yang harus diterima serta dijunjung tinggi oleh semua orang. Sokrates merupakan contoh filsuf yang  jujur serta berani. Sokrates memiliki jasa-jasa besar bagi filosof barat, sebab ia menyelamatkan pemikiran yunani yang masih muda dari krisis yang diakibatkan oleh sofistik (Bertens 1998: 11-12)

5.      Plato
Menurut Hatta (1980: 87) “Plato dilahirkan di Atena 427 SM meninggal tahun 347 SM usia 80 tahun terlahir dari keluarga aristokrasi”.
Bakker (2000: 95) menyatakan bahwa,
Dunia materiil terdiri dari bayangan-bayangan yang menggambarkan bagian dalam dunia, ide-ide itu subsistik tidak berubah dan sempurna. Diantara ide-ide juga terdapat jiwa manusia disatukan denga badan. Jiwa itu adalah akal spiritual. Jiwa diturunkan kedalam badan entah karena kesalahan apa jiwa menguasai badan seperti perahu.
Menurut Magnis dan Suseno (1997: 15) “Plato tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama kali ditulis oleh Aristoteles. Namun banyak dialog Plato terdapat uraian-uraian bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksikan pikiran-pikiran Plato tentang hidup yang baik”.  
6.      Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira suatu kota di Yunani Utara. Bapaknya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada usia 18 tahun Aristoteles pergi ke Athena untuk belajar pada Plato. Selama 20 tahun Aristoteles menjadi murid Plato.
Perkembangan pemikiran Aristoteles dibagi menjadi tiga tahap, antara lain:
a.       Tahap di Akademia, ketika masih setia kepada gurunya, Plato dan ajarannya tentang idea.
b.      Tahap di Assos, Aristoteles mulai mengkritik ajaran Plato mengenai idea dan mengukuhkan pandangan filsafatnya sendiri.
c.       Tahap di Athena, Aristotheles mulai meninggalkan filsafat spekulatif dan menuju pada penyelidikan empiris.
Pemikiran Aristoteles tentang “yang ada” berdasarkan ajaran para filsuf yang mendahului tidak setuju dengan ajaran Plato, yang mengatakan bahwa ada dua bentuk yang ada. Menurut Aristoteles “ada” hanya dimiliki oleh benda-benda kongkrit, diluar benda konkrit tidak ada sesuatu yang berada (Brouwer dan Heryadi. 1986: 35-40).
Hardiwijoyo (1980: 39) mengemukakan bahwa “Di dalam filsafat Aristoteles , etika mendapat tempat yang khusus. Hukum-hukum kesusilaan diturunkan dari pengamatan perbuatan kesusilaan dan dari pengalaman angkatan yang susul menyusul”.
B.     Analisis
Plato dan Aristoteles mengatakan bahwa filsafat timbul atas dasar rasa heran, tetapi filsuf-filsuf dari miletos member jawaban rasional atas tanda-tanda Tanya yang disodorkan oleh alam semesta. Filsuf-filsuf pluralis seperti Empedokler dan Anaxagoras memiliki perdedaan dalam ajarannya. Empedokler menjelaskan kaliau kita membagi-bagi materi kita akan terbentur pada empat anasir. Air misalnya tidak dapat dibagi lagi menjadi bentuk anasir yang lain. Anaxagos menganggap realitas seluruhnya sebagai suatu campuran yang mengandung semua benih. Dalam tiap-tiap benda terdapat benih-benih, tetapi tidak menurut proporsi yang sama. Sokrates dalam ajarannya memilih manusia sebagai objek penyelidikannya, dan ia memandang manusia lebih kurang dari segi yag sama sepertimereka. Ajaran Plato tentang idea menjelaskan esensi mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan kongkret. Ajaran Plato mengenai ide-ide ialah ilmu pasti. Aristoteles sendiri menggunakan istilah “analitika” untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar dan dia menggunakan istilah “dialektika” untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan hipotesa atau putusan yang tidak pasti kebenarannya.




PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bangsa Yunani mempercayai adanya mitologi yang berkembang luas saat itu. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis munculnya filsafat. Karena mite-mite sudah mengandung percobaan untuk mengerti. Kesusteraan Yunani disertai teka-teki dongeng dalam abad ke-6 sebelum masehi juga merupakan faktor timbulnya filsafat. Timbulnya filsafat juga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno.
Filsuf-filsuf Yunani Kuno dapat dilihat dari beberapa kriteria,antara lain:
1.      Filsuf-filsuf pertama dari Miletos
2.      Pythagoras
3.      Xenopanes
4.      Herakletos
5.      Filsuf-filsuf Pluralis
6.      Kaum sofis
7.      Sokrates
8.      Plato
9.      Aristoteles
Filsafat Plato bersifat sokratik, Plato menggunakan filsafat sebagai dialog yang mengandung mite-mite. Ajaran filsafat Plato mencakup:
a.       Ajaran tentang idea-idea
b.      Ajaran tentang jiwa
c.       Ajaran tentang Negara


DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton. 2000. Antropologi Metafisik. Yogyakarta: Kanisius.

Bertens.1957. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius

Bertens. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: kanisius.

Bertens. 1999. Sejarah Fillsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Brouwer dan Heryadi. 1986. Sejarah Filsafat Barat Modern dan
Seezaman. Bandung: P.T. Alumni.

Hadiwijono, Harun. 1980.  Sari Sejarah Filosof Barat. Yogyakarta:
Kasinius.

Hatta, Muhammad. 1980. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI Press.

Jono dan Cecep Sumarna. 2006. Melacak Jejak Filsafat. Bandung: Sangga
Buana.

Kencana, Inu. 1995. Filsafat Kehidupan. Jakarta: Bumi Aksara

Magnis, Frans dan Suseno. 1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kasinius.

Tjahdjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta:
Kasinius.

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :