Saturday, 2 August 2014

10 pahlawan

1. Pattimura (1783-1817)
Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura adalah pahlawan yang lahir di Hualoy,  Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783. Pattimura keturunan bangsawan, Ayahnya bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau.
Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Secara genealogis/ silsilah/ keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula. Kapitan Pattimura meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun.
2.  Raden Adjeng Kartini (1879 – 1904)
Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia Lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April1879. Kartini dikenal sebagai Pelopor KebangkitanPerempuan Pribumi. putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Kartini dapat menulis sebuah buku (yang kemudian kita kenal dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”). Ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang. Kartini meninggal di Rembang, 17 September 1904 pada umur 25 tahun.
3.  Wage Rudolf Soepratman (1903 – 1938)
Wage Rudolf Soepratman adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, “Indonesia Raya” dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903. Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu “Indonesia Raya”, pada waktu itu ia berada di Bandung dan pada usia 21 tahun.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum  Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938(pada umur 35 tahun) karena sakit.
4.  Soedirman (1916 – 1950)
Soedirman atau Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalah keturunan Wedana  Rembang. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda dalam usia 31 tahun.
Meski menderita sakit yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Ia berpindah-pindah dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Tanggal 29 Januari tahun 1950 (pada umur 34 tahun) Jenderal Soedirman meninggal di Magelang, karena penyakit paru-paru yang parah dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
5. I Gusti Ngurah Rai (1917 – 1946)
I Gusti Ngurah Rai atau Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung,Bali, pada tanggal 30 Januari 1917. Pada masa perang kemerdekaan, I Gusti Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama “Ciung Wenara” yang melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam Bahasa Bali, berarti “habis-habisan”, sedangkan Margarana berarti “Pertempuran di Marga”; sebuah ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan. Gusti Ngurah Rai meninggal pada tanggal 20 November 1946 (pada umur 29 tahun) beserta seluruh pasukanya di medan perang.
6.  Chairil Anwar (1922 – 1949)
Chairil Anwar atau yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” Lahir di Medan, 22 Juli 1922. Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.
Penyair yang satu ini memang fenomenal  dan kontroversial. Saat pengaruh Angkatan Pujangga Baru belum surut, sejak 1942, Chairil Anwar sudah mendobrak tata tertib berpuisi. Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Chairil meninggal di Jakarta, tanggal 28 April 1949 (pada usia 27 tahun) karena penyakit TBC.
7. Robert Wolter Mongisidi (1925-1949)
Robert Wolter Mongisidi lahir pada 14 Februari 1925 di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Robert Wolter Mongisidi merupakan anak dari pasangan Petrus Monginsidi dan Lina Suawa.
Pada tanggal 17 Juli 1946, Monginsidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyerang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya oleh tim penembak di Makasar, pada 5 September 1949 pada usia 24 tahun.
8. Ignatius Slamet Rijadi (1927-1950)
Brigadir Jenderal TNI Anumerta Ignatius Slamet Rijadi(EYD: Riyadi) lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Juli1927. Ia anak dari Idris Prawiropralebdo, seorang perwira anggota legiun Kasunanan Surakarta. Slamet Riyadi merupakan pengantin baru, istrinya Ny. Soerachmi bagian kesehatan TNI-AD, baru saja dinikahi saat cuti operasi menumpas RMS. Sayangnya pada saat operasi tersebut ia meninggal akibat tembakan pasukan payung KNIL (salah satu pasukan RMS) di benteng Victoria, Ambon, pada  4 November 1950, di usia 23 tahun.
9. Pierre Andreas Tendean (1939-1965)
Lettu Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta, 21 Februari 1939. Ia adalah salah seorang korban pada peristiwa Gerakan 30 September dan merupakan ajudan dari Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Pierre Tendean sendiri ditangkap oleh segerombolan penculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Ia diculik karena dikira adalah Jenderal Besar DR. A.H. Nasution. Tendean meninggal diJakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 26 tahun.
10. Ade Irma Suryani Nasution (1960 – 1965)
Ade Irma Suryani Nasution adalah putri bungsu Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution  yang lahir pada 19 Februari 1960.  Ade terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September yang berusaha untuk menculik ayahnya. Ia meninggal 6 Oktober 1965 pada umur 5 tahun. (DP/ berbagai sumber)

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :